7.20.2007

Membangun Generasi dalam Konsep Jawa

(Ditulis oleh : Sis Daryanto)
Meletakkan Dasar Berpikir
Dalam kontek ajaran Jawa, muncul pemahaman bahwa Tuhan menciptakan manusia dengan sifat adil. Manusia lahir membawa rejeki yang relatif sama, kepandaian, keselamatan dan umur yang relatif sama pula. Konsep penciptaan yang adil tersebut, tak pelak disangkal oleh orang-orang rasional yang berbasis teori barat. Anti tesa yang dimunculkan adalah, mengapa masing-masing orang memiliki nasib yang berbeda, ada yang kaya, miskin, umur pendek atau bernasib sial dibandingkan orang lain.
Bahwa perbedaan itu timbul, sebenarnya karena pengaruh interaksi antara manusia dengan alam semesta. Manusia lahir dengan hari dan pasaran yang berbeda, jam, menit dan detik yang berbeda, bulan, tahun atau dari orang tua yang berbeda, dengan sejarah perjalanan leluhurnya yang berbeda-beda pula.
Masing-masing unsur di atas membawa pengaruh pada sosok seorang manusia. Belum lagi ketika manusia satu berinteraksi dengan manusia lainnya, jelas akan saling mempengaruhi, akan muncul sebuah sifat dari terjadinya hubungan tersebut.

Pengaruh Alam
Alam sebagai ciptaan Tuhan, adalah mahluk yang memiliki energi hidup, demikian juga dengan hari, waktu, bulan, tahun merupakan bagian dari alam itu sendiri. Manusia lahir sudah menempati hari, pasaran dan waktu. Sedangkan hari, pasaran dan waktu memiliki energi hidup yang berpengaruh pada diri manusia. Maka sejak manusia lahir sudah dapat diketahui sifat apa yang akan dimiliki oleh si bayi.
Sebuah “hari” memiliki sifat, pasaran (pon, wage, kliwon, legi, paing) juga memiliki sifat, sementara “waktu” juga memilki sifat. Misalnya dalam 24 jam sehari, dibagi dalam beberapa “saat” yaitu fajar, subuh, duha, luhur, asar, maghrib, isyak dan tengah malam.
Keterangan diatas hanyalah sekelumit penjelasan tentang bagaimana orang Jawa memahami energi hidup alam semesta. Bahwa alam memiliki energi hidup yang mampu mempengaruhi kahidupan manusia. Toh manusia betapapun tidak mampu melawan energi alam, yang dapat mereka lakukan hanyalah memanfaatkan energi itu untuk kepentingan tertentu.

Membangun Generasi Masa Depan
Membangun generasi masa depan adalah membangun tokoh-tokoh pemimpin yang tangguh. Para leluhur Jawa memberikan pesan bahwa untuk membangun pemimpin generasi yang tangguh harus dilandasi oleh back ground yang kuat. Karena pemimpin dimanapun selalu menjadi faktor dominan dalam menentukan tercapainya tujuan komunitas.
Pada konsep yang lebih riil, memilih pemimpin harus memperhatikan back ground dan perilaku pemimpin itu sendiri. Selain kriteria pemimpin harus memiliki jiwa leadership, jujur, pandai, juga harus didukung oleh back ground yang kuat. Iapun harus memiliki pengalaman memimpin, meski hanya sebentar.
Jika seorang pemimpin tidak memiliki “wadah” yang kuat, bagaimana ia mampu membawa beban, memikul tanggungjawab orang banyak. Konsep Jawa menyebutkan seseorang menjadi pemimpin harus kuat menerima pangkat dan derajat. Artinmya apabila ia mendapat kedudukan tinggi maka ia mampu menerima konsekuensi dari tugas dan tanggungjawabnya.
Seseorang yang memiliki kakek dan orang tua dari kalangan bawah, bertabiat suka mabok, berjudi dan jarang berdoa, maka dia tidak akan mampu menjadi pemimpin yang tangguh. Orang dengan sejarah keturunan yang demikian tidak kuat menerima pangkat dan derajad. Kalaupun ia sempat memimpin, dapat diprediksikan dia akan gagal di tengah jalan. Kebanyakan mereka tidak mampu menyelesaikan tugasnya sebagai pemimpin sampai masa jabatan yang seharusnya dilaksanakan, kecuali dia sejak dini sudah gentur melakukan ritual.

Background Calon Pemimpin
Memilih pemimpin haruslah dilihat dari background atau latar belakang sejarahnya. Konteks dari cara pandang ini adalah untuk mencari tokoh yang kuat menerima pangkat dan derajad. Background sejarah yang dimaksud adalah melihat garis keturunan mulai dari kakek dan orang tuanya.
Latar bekang sejarah yang kuat untuk seorang pemimpin apabila ia memiliki kakek dan orang tua yang “kuat laku prihatin.” Artinya kakek dan orang tuanya sering melakukan puasa dan berdoa untuk keselamatan anak cucunya. Paling tidak jika sejarah leluhurnya tidak memiliki budaya ritual yang kuat, paling tidak dilihat dari pekerjaan yang dilakukan leluhurnya.
Background yang kuat untuk seorang calon pemimpin adalah bila orang tuanya memiliki pekerjaan sebagai Lurah di Desa atau seorang guru Taman Kanak-Kanak dan Guru Sekolah dasar. Lurah di desa adalah pemimpin sebenarnya yang berada di tingkat basis. Sedangkan guru Taman Kanak-Kanak dan guru Sekolah Dasar dia memiliki keistimewaan mengajari anak yang belum tahu apa-apa menjadi bisa menulis dan membaca.
Mengapa puasa dan doa menjadi sebuah kekuatan bagi seseorang ? dalam pemahaman orang Jawa sebuah doa adalah energi hidup. Sebuah kata, sebuah kalimat, ucapan adalah energi hidup. Terlebih bila kata yang dirangkai menjadi sebuah doa yang cara merangkaianya melalui laku ritual, maka ia merupakan energi hidup yang luar biasa.
Bagi kalangan muslim, sebenarnya Al-Quran dengan tulisan-tulisan surat di dalamnya menyimpan potensi energi yang besar. Ketika tulisan itu dibiarkan dan hanya dilihat, maka Al-Quran hanyalah tampak sebagai sebuah buku atau kitab. Tetapi jika surat-surat yang ada di dalamnya dibaca apalagi dengan keyakinan penuh, maka kalimat yang keluar dengan lafal-lafal itu menjadi energi hidup.
Begitupun dengan mantra yang dirangkai dengan menggunakan bahasa apapun, saat mantra diucapkan maka akan bangkit sebuah energi hidup. Terlebih jika mantra itu diucapkan dengan didasari puasa, energi yang muncul akan berlipat. Konsep puasa adalah membuat fisik menjadi lemah, untuk membangkitkan kekuatan non fisik. Karena menurut konsep Jawa kekuatan manusia bukan pada fisik tetapi pada non fisik. Yaitu sebuah konsep “raga titihane nyawa.”
Maka bila seseorang berpuasa lalu mengucapkan doa, akan bangkit sebuah energi hidup dan akan bergerak serta bekerja sesuai arah yang dikehendaki. Leluhur orang Jawa telah memberikan ajaran, supaya kita “gentur” puasa dan berdoa meminta keselamatan untuk anak keturunan kita.

Menjadi Background
Mengingat kekuatan seseorang sangat dipengaruhi oleh latar belakang sejarah leluhurnya, khususnya kakek dan orang tuanya, dan ketika kita menyadari diri kita tidak memiliki latar belakang yang kuat, tidaklah bijaksana bila kita menyalahkan leluhur.
Dalam kondisi apapun, seharusnya menjadi tugas kita untuk membangun latar belakang yang kuat untuk anak keturunan kita. Sehingga suatu saat nanti Indonesia akan memiliki manusia-manusia yang kuat, mampu mambawa Indonesia mencapai kejayaan.
Adalah sebuah keniscayaan, apabila seluruh rakyat Indonesia bersama-sama melakukan ritual puasa dengan memanjatkan doa untuk keselamatan bangsa ini dan anak keturunan kita, maka tidak perlu menunggu satu generasi, Indonesia akan bangkit.
Tidak perlu semua rakyat Indonesia dan tidak perlu melakukan ritual dalam jangka waktu lama, andai 10 persen saja penduduk Indonesia mau melakukan ritual secara bersama-sama, selama dua puluh satu hari saja, maka sebuah kekuatan energi dahsyat akan mengantarkan kita mencapai kemakmuran yang dramatis. Tentunya untuk melakukan ritual ini mensyaratkan beberapa hal, yaitu :
- semua dilakukan dengan keyakinan
- memilih tempat berdoa yang bersih, artinya lokasinya bukan di tanah yang
sengketa, memiliki bio energi yang bagus.
- dilakukan dengan prosedur yang benar, setidaknya menurut orang-orang
yang lebih berpengalaman di bidang ritual.

Sumber : Berbagai Sumber

Tidak ada komentar: